5 Carut-marut Permasalahan Ujian Nasional (UN)

[lihat.co.id] - Ujian Nasional (UN) tingkat SMA 2013 tidak berjalan mulus. Pelaksanaannya carut marut. Mendikbud M Nuh memohon maaf sebesar-besarnya.

11 Provinsi terpaksa menunda pelaksanaan UN gara-gara terhadang masalah pengepakan soal. Penundaan ini mengakibatkan siswa-siswi peserta UN mengalami drop mental.

Kertas lembar jawaban komputer yang tipis dikeluhkan oleh para siswa. Mereka khawatir kertas itu cepat sekali rusak terkoyak saat menghapus jawaban yang salah.

Siswa penyandang tunanetra juga mengeluhkan tidak adanya lembar jawaban braille. Ada juga temuan terselipnya lembar soal yang terselip dalam paket pelajaraan yang tengah diuji.

Masalah-masalah UN ini menjadi perhatian Komisi X DPR. DPR berencana memanggil Mendikbud untuk meminta penjelasan.Berikut 5 carut marut UN,dikutip dari News.detik:

1. Pengepakan Molor
[lihat.co.id] - Ada 11 provinsi yang terpaksa menunda penyelenggaraan UN lantarann kendala teknis pengepakan soal.

11 Provinsi yang mengalami pergeseran jadwal UN tersebut adalah: Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Khusus 11 provinsi kita adakan pergeseran waktu UN, dengan berat hati saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada siswa murid-murid karena kesalahan teknis," ujar Nuh saat melakukan sidak UN ke SMA Negeri 3 Jakarta, Jalan Setiabudi 11 Jaksel, Senin (15/4/2013).

Nuh menjelaskan, jadwal pelajaran yang diujikan di 11 provinsi tersebut tak banyak berubah. Jadwal hari Kamis tetap Kamis, namun untuk Rabu 17 April, diganti jadi Jumat 19 April. Khusus jadwal yang sedianya tanggal 15-16 April berubah jadi Senin-Selasa 22-23 April. Khusus SMK, tetap berjalan seperti biasa.

Ujian Nasional 2013 tingkat SMA/MA dan paket C di 11 provinsi diundur dari jadwal sebelumnya 15 April besok hingga 18 April 2013.

Nuh mengatakan akan melakukan investigasi atas keterlambatan pencetakan soal-soal UN ini. Investigasi dipimpin langsung Irjen Kemendikbud.

Menurutnya, sanksi black list terhadap percetakan yang terbukti melakukan kelalaian sangat memungkinkan dikenakan.

Nuh juga mengatakan untuk mencegah kebocoran, sejumlah cara telah ditempuh. Salah satunya dengan pengantaran lembar jawaban ke rayon dan penggunaan barkode pada lembaran soal.

2. Tidak Ada Lembar Jawaban Braille
[lihat.co.id] - Siswa tunanetra dan tunarungu di SMA 112 Meruya Utara, Jakbar,  mengikuti ujian. Namun, untuk penyandang tunanetra ternyata tidak disiapkan lembar jawaban braille.

"Lembar jawaban braille belum ada. Untuk sementara ditulisin dulu," ujar pengawas ujian khusus siswa inklusi di SMA 112 Teresia Marianti, Senin (15/4/2013).

Teresia mengatakan pengawas juga tidak diberi salinan soal. Menurutnya, tahun lalu waktu UN di SMP pengawas dan siswa mendapatkan salinan soal dan lembar jawaban.

"Karena pengawas tidak dapat soal. Untuk siswa tunanetra diberi tambahan waktu 45 menit," ujar Teresia yang berprofesi sebagai guru SLB ini.

Menurut dia, peserta tunanetra ini pun mendapatkan soal yang salah. "Dia dapat soal Bahasa Indonesia yang untuk anak IPA. Jadinya kita masukkan ke berita acara karena salah," ujarnya.

Andri Riko (18) siswa kelas XII IPS I penyandang tunanetra terlihat gusar setelah mengikuti ujian nasional mata ujian Bahasa Indonesia. Andri mengaku pusing dan gugup saat dirinya mengetahui lembar jawaban khusus braille tidak disediakan.

"Tadi saya jadinya panik dan buru-buru terus agak pusing pas tau enggak ada lembar jawabannya. Soalnya biasanya disiapkan lembar jawaban braille dan soal dengan huruf biasa untuk pengawas, jadinya saya tinggal isi jawaban aja," ujar Andri setelah mengikuti ujian di ruang lab bahasa Inggris di SMA 112 Meruya Utara, Jakarta Barat, Senin (15/4/2013).

Andri menceritakan, untuk siswa seperti dirinya memang diberikan dua pilihan oleh sekolah dan dari sejak SMP dirinya memilih jalan lulus dengan mengikuti Ujian. Tapi Andri jadi tidak yakin karena sangat berbeda ketika dia ujian waktu SMP dan sekarang.

"Saya terkejut jadinya lambat dan konsentrasi buyar. Kertas jawab tidak tersedia dulu waktu UN SMP ada. Untung saya bawa kertas sendiri dari rumah," ujar Andri.

Sementara terkait dengan lembar jawaban braille yang tidak tersedia, Kemendikbud memastikan pihaknya menyiagakan petugas untuk membantu siswa. "Proses menjawab akan dibantu oleh petugas yang telah ditunjuk," tutur Teuku.

3. Kertas Tipis & Gampang Robek
[lihat.co.id] - Siswa  SMK 1 Dewantara Aceh Utara mengeluhkan tentang lembar jawaban UN yang tipis dan rentan sobek.

"Kalau jawaban salah, kita tidak berani kita hapus, takut sobek," kata Risky ketika ditemui usai UN di SMK 1 Dewantara, Senin (15/4/2013).

Risky dan beberapa teman sudah melaporkan ke pengawas ujian dan pihak sekolah. Namun pihak sekolah hanya bisa meminta para siswa mengisi jawabannya dengan hati-hati.

Kepala Sekolah SMK 1 Dewantara Aceh Utara, Nurlela, mengakui kertas lembar jawaban UN tahun ini berbeda jauh dengan lembar jawaban pada tahun sebelumnya.

"Tahun ini sangat tipis, tidak sama tahun sebelumnya. Kalau salah, nanti bisa saja mempengaruhi hasil jawaban siswa nanti di komputer," kata Nurlela kepada detikcom.

Nurlela berharap kertas lembar jawaban untuk hari kedua besok tidak tipis. "Kita hanya menerima kertas lembar jawaban itu bentuk segel dari pemerintah pusat," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Aceh Utara Muhamad Jamil membenarkan kondisi itu. Pihaknya meminta kepada pemerintah Provinsi Aceh agar permasalahan itu dapat menjadi perhatian khusus.

"Hasil tinjauan saya ke sejumlah sekolah, kertas lembar jawaban UN tahun ini sangat tipis. Saya khawatir ini dapat mempengaruhi hasil jawaban siswa nanti," kata Muhamad Jami saat meninjau UN di SMK Negeri 1 Dewantara.

Berdasarkan data dari panitia UN, jumlah peserta UN di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 7.123 siswa dan siswi. Mereka berasal dari 79 sekolah.
Kualitas kertas lembar jawaban jadi salah satu keluhan siswa SMA/sederajat yang mengikuti Ujian Nasional di hari pertama. Siswa khawatir kertas yang sangat tipis akan membuat lembar jawaban mudah sobek.

Keluhan kualitas lembar jawaban ini juga sampai ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakaria mengatakan pihaknya akan melakukan pemindaian secara khusus.

"Ada laporan lembar jawaban kurang baik dan ketika dihapus menjadi bolong. Kalau ada lembar jawaban seperti ini, nanti akan dipindai khusus oleh tim dari universitas," kata Teuku Ramli dalam jumpa pers di kantor Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (15/4/2014).

Tapi Amin mengakui adanya keluhan mengenai lembar jawaban UN. "Kita sudah all out melakukan persiapan, tapi ya kita harus maklumlah. Jika lembar jawaban yang kualitasnya hanya satu dua yang jelek, ya wajarlah," tuturnya.

4. Pejabat Muncul, Konsentrasi Buyar
[lihat.co.id] - Kemendikbud berharap pejabat daerah mengurangi kunjungan ke sekolah yang tengah melaksanakan ujian nasional. Kunjungan pejabat dikhawatirkan mengganggu konsentrasi siswa.

"Mohon kunjungan pejabat saat UN dikurangi, itu kan sangat menggangu peserta ujian. Ada bupati datang, pejabat lain juga ikut datang," kata Inspektur IV Itjen Kemendikbud, Amin Priatna, dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (15/4/2013) malam.

Di pelaksanaan hari pertama, Kemendikbud tidak mendapat laporan mengenai kecurangan atau kebocoran jawaban UN. 

5. Soal Ujian Terselip
[lihat.co.id] - Kejadian mengagetkan dialami Radik Rikwanto, guru SMK PGRI Bantur, Malang. Radik menemukan soal ujian nasional Bahasa Inggris terselip dalam paket soal ujian Bahasa Indonesia. Beruntung soal ujian itu tidak sampai ke tangan siswa.

Radik menemukan soal ujian Bahasa Inggris saat dirinya membagikan soal UN Bahasa Indonesia kemarin (15/4). "Tiba-tiba di tumpukkan terbawah saya kaget karena menemukan lembar soal Bahasa Inggris dalam paket soal yang disegel itu," kata Radik bercerita kepada detikcom melalui sambungan telepon, Senin (15/4/2013) malam.

Soal Bahasa Inggris yang menjadi mata pelajaran untuk ujian hari ini (16/4) berada di paling bawah tumpukan 21 lembar ujian Bahasa Indonesia.

"Saya langsung lapor ke koordinator pengawas, setelah itu kepala sekolah juga dipanggil untuk koordinasi, saat itu juga ada pihak kepolisian," terangnya.

Setelah berunding, akhirnya disepakati naskah Bahasa Inggris dimasukkan ke dalam amplop kemudian disegel. Amplop itu langsung diantarkan ke kantor polisi untuk diamankan.

"Kan besok (hari ini-red) ujian Bahasa Inggris, jadi biar tidak bocor," tutur Radik.
Load disqus comments

0 comments