5 Kebohongan Besar Dunia Farmasi tentang Ganja

Ganja, adalah mungkin sebuah �casual drug� ilegal (di sebagian negara) terpopuler di seluruh dunia. Fakta tentangnya mungkin kebanyakan dari kita sudah sama-sama ketahui.

Ganja adalah sebuah substansi purba yang telah dimanfaatkan untuk medis, industri, ritual keagamaan dan kepuasan spiritual sejak lama dalam kancah sejarah dan peradaban manusia.

Namun, berbeda ceritanya ketika kita berdiskusi tentang ganja dengan masyarakat awam secara umum di sini, di Indonesia. Dimana kepercayaan terhadap mitos atau �pamali� masih sangat digemari.

Berapa banyak dari kita dengan niatan awal yang hendak sekedar bertukar isi kepala tentang ganja malah menghentikan diskusi karena respon dan tanggapan-tanggapan yang menyakitkan, yang merupakan produk dari kebohongan dan kepalsuan informasi yang tersebar umum?

Menyakitkan, karena kita tahu bahwa mitos-mitos yang tersebar bertolak belakang dengan informasi jujur (berlatar-belakang penelitian) yang kita dapatkan dari tempat lain, internet dan buku-buku misalnya. Yes, it happens to me too. Sabar dan konsistensi, mungkin bisa jadi anutan yang tepat.

Okay, tidak ingin terlalu berlama-lama di sini, ijinkan penulis untuk langsung saja berceloteh tentang 5 mitos tentang ganja terpopuler dan paling digemari masyarakat luas. Terhitung sejak propaganda tentang ganja yang mulai nyaring terdengar tahun 1960-an, here they are 
seperti dirangkum  berbagi sumber

5. Penggunaan Ganja Menurunkan Fungsi Memori
Adalah sebuah mitos yang paling mudah dicerna, meskipun tidak pernah ada penelitian yang berhasil membuktikan kerusakan fungsi memori jangka panjang pada para pengguna ganja.

Faktanya, adalah benar dan terbukti secara klinis bahwa kandungan salah satu zat aktif dalam ganja mengganggu sistem kerja memori jangka pendek.

Tetapi perlu kita semua ketahui bahwa efek tersebut (gangguan �short term memory system�) hanya berlaku ketika pengguna berada dalam pengaruh zat aktif tersebut (2-3 jam pertama), dan kembali normal setelahnya.

4. Merokok Ganja Berbahaya Bagi Kesehatan
Mitos yang tak kalah digemari kebanyakan kalangan, terima kasih kepada sebuah penelitian siluman Pemerintahan Reagan tahun 1974.

Penelitian yang menjadi sangat populer dan dipercaya hampir semua orang, pada saat itu dan setelahnya. Penelitian ini seharusnya menggunakan

metode penggunaan 30 linting ganja (pada simpanse) setiap hari dalam setahun ini, disalahgunakan dengan cara memberikan 63 linting ganja yang dipompakan melalui masker gas dalam lima menit setiap harinya tanpa oksigen, selama 3 bulan penuh.

Tak ayal para simpanse penelitian tersebut moksa setelah 90 hari. Hal ini baru diketahui 6 tahun setelahnya, berkat para aktivis/peneliti yang mendesak pemerintah dan badan penelitian terkait untuk menunjukkan kembali metode penelitian yang sesungguhnya diterapkan. Tentu tidak mengherankan ketika banyak ditemukan sel otak yang mati sebagai akibatnya, karena secara ilmiah, telah diketahui bahwa kekurangan oksigen selama 200 detik saja bisa mengakibatkan rusaknya jaringan-jaringan otak.

Faktanya, juga sekaligus bantahan klinis tentang penelitian itu adalah hasil penelitian tahun 2005 dari Xia Zhang, sebuah Universitas di Saskatchewan, yang menunjukkan bahwa tidak ditemukannya kerusakan permanen yang diakibatkan oleh ganja. Penelitian ini justru menunjukkan bahwa beberapa zat aktif dalam ganja malah merangsang lahir dan tumbuhnya sel-sel baru dalam otak.

3. Penggunaan Ganja Menyebabkan "Apathy" dan Menurunkan Motivasi Diri
Khusus dalam hal ini, penulis tidak bisa tidak untuk sedikit terbahak. Bagaimana tidak, fakta berbicara melalui hasil sebuah survei dan menunjukkan bahwa tidak ditemukannya penurunan motivasi secara psikologis dan terganggunya sistem motorik secara fisik. Juga sebuah survei lainnya(di Amerika) yang justru menunjukkan bahwa para pencari manfaat dari ganja cenderung memiliki pekerjaan dengan upah yang cenderung lebih tinggi.

2. Ganja Menyebabkan Tindak Kekerasan dan Aksi-Aksi Kriminal
Kenyataannya, sebuah research terkait isu ini telah membuktikan bahwa para penikmat ganja hampir tidak mungkin berkecimuk dalam segala tindakan kriminal, apalagi kekerasan.

Research ini diperkuat juga oleh fakta lain bahwa kandungan zat aktif dalam ganja sangat efektif dalam menurunkan agresifitas dan amarah. Juga dukungan kuat dari survei-survei yang berkata bahwa terjadi penurunan signifikan dalam catatan tindak kriminalitas di beberapa negara bagian Amerika yang telah melegalkan ganja untuk medis.

1. Ganja Menyebabkan Kecanduan yang Teramat
Dalam hal ini, dan menanggapi kuatnya kepercayaan lama terkait candu dan ganja, tentu dibutuhkan sedikit penjabaran mengenai makna adiksi itu sendiri, dan pemisahan klasifikasi antara adiksi fisik dan psikologis.

Adiksi fisik, rasanya semua perlu ketahui adalah proses terdapatnya berbagai bentuk gangguan di pusat otak yang berujung kepada berkurangnya kinerja otak memproduksi dopamine. Dan gangguan tersebut terbukti hampir tidak terjadi terkait zat-zat aktif dalam ganja.

Juga tidak terbuktinya keterkaitan antara penggunaan ganja dan suatu gejala yang kerap kita kenal dengan �nagih� atau withdrawal, seperti kita dapati dalam rokok, heroin, alkohol, dan juga caffeine.

Walaupun, adalah benar terdapat banyak kasus terjadinya adiksi psikologis pada banyak pengguna ganja, hasil dari manfaat yang dirasakan secara fisik. Menjadi redanya rasa sakit atau nyeri, misalnya;
Seseorang yang pernah merasa terbantu oleh sebuah substansi apapun, jika kaitannya dengan penyakit, tentu akan berujung kepada adiksi psikologis. Ini tentunya disebabkan karena khasiat substansi terkait, dengan kebutuhan seorang individu akan khasiat tersebut untuk fisik dan psikologis individu bersangkutan.

Demikian daftar mitos ganja populer versi kami, yang terinspirasi oleh informasi-informasi hebat dari halaman �the Drug Policy Alliance Network�
Load disqus comments

0 comments