[lihat.co.id] - Keluarga empat korban kekejaman anggota Kopassus terus mencari keadilan. Mereka khawatir 11 pasukan elite yang terlibat penyerbuan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, tidak mendapat hukuman setimpal.
Sambil membawa foto para korban, mereka sowan ke anggota Wantimpres Albert Hasibuan, lalu perjalanan dilanjutkan ke Kemenkum HAM. Di sana mereka hanya bisa bertemu dengan Wamenkum HAM Denny Indrayana. Berbagai harapan pun diutarakan secara gamblang.
Salah satu yang sangat mengusik adalah, adanya upaya memojokkan para korban sebagai preman. Pihak keluarga khawatir dengan stigma seperti itu bisa terbentuk opini di masyarakat jika pembunuhan dilakukan karena keberadaan para korban sudah meresahkan.
Langkah keluarga korban menemui pejabat di Jakarta sebagai cara meminta agar kasus bisa dituntaskan. Berikut5 Serangan Balik Keluarga Korban LP Cebongan Sleman Dikutip dari:merdeka
Sambil membawa foto para korban, mereka sowan ke anggota Wantimpres Albert Hasibuan, lalu perjalanan dilanjutkan ke Kemenkum HAM. Di sana mereka hanya bisa bertemu dengan Wamenkum HAM Denny Indrayana. Berbagai harapan pun diutarakan secara gamblang.
Salah satu yang sangat mengusik adalah, adanya upaya memojokkan para korban sebagai preman. Pihak keluarga khawatir dengan stigma seperti itu bisa terbentuk opini di masyarakat jika pembunuhan dilakukan karena keberadaan para korban sudah meresahkan.
Langkah keluarga korban menemui pejabat di Jakarta sebagai cara meminta agar kasus bisa dituntaskan. Berikut5 Serangan Balik Keluarga Korban LP Cebongan Sleman Dikutip dari:merdeka
1. Minta dibentuk tim pencari fakta
[lihat.co.id] - Empat perwakilan keluarga korban pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan meminta kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia agar dibentuk Tim Pencari Fakta Gabungan. Mereka khawatir pengusutan tak objektif jika hanya dilakukan pihak TNI.
"Kita menghargai kerja yang dilakukan. Tetapi, secara internal ada berbagai kepentingan yang akan mengurangi kemandirian. Kita berpendapat akan lebih baik dibentuk Tim Pencari Fakta Gabungan dan dan pelakunya diadili di pengadilan sipil," kata Victor Mandai, kakak kandung salah satu korban, Johannes Sijuan Mandai.
"Kita menghargai kerja yang dilakukan. Tetapi, secara internal ada berbagai kepentingan yang akan mengurangi kemandirian. Kita berpendapat akan lebih baik dibentuk Tim Pencari Fakta Gabungan dan dan pelakunya diadili di pengadilan sipil," kata Victor Mandai, kakak kandung salah satu korban, Johannes Sijuan Mandai.
Victor berharap tragedi itu diselesaikan secara menyeluruh, dan tanpa ditutupi. Dia pun meminta supaya pihak keluarga tidak diintimidasi, atau dicemooh. Sebab menurut dia, selama ini banyak pernyataan menyudutkan soal latar belakang para korban tewas itu.
2. Minta Komnas HAM melakukan investigasi
[lihat.co.id] - Pihak keluarga pesimis dengan pengusutan kasus Cebongan yang hanya ditangani oleh TNI. Mereka pun berharap tim investigasi Komnas HAM segera merampungkan tugasnya sehingga dapat memberikan sejumlah temuan dan bukti baru.
"Katanya mereka (Komnas HAM) masih menyelesaikan penyelidikan dan belum bisa menyampaikan hasil-hasil yang ditemukan, dan belum sampai tahap kesimpulan," kata Victor Manbait pihak keluarga korban Johanes Juan Manbait.
"Katanya mereka (Komnas HAM) masih menyelesaikan penyelidikan dan belum bisa menyampaikan hasil-hasil yang ditemukan, dan belum sampai tahap kesimpulan," kata Victor Manbait pihak keluarga korban Johanes Juan Manbait.
3. Keluarga menolak korban disebut preman
[lihat.co.id] - Para perwakilan keluarga korban pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku kecewa lantaran para korban tewas disebut-sebut sebagai preman. Mereka tidak terima dengan sebutan itu dan merasa disudutkan.
"Kemudian berkembang stigma yang dikatakan para korban adalah preman. Itu sudah sangat mengganggu psikologi keluarga," kata kata Victor Mandai, kakak kandung salah satu korban, Johannes Sijuan Mandai.
Selain melukai perasaan keluarga, menurut Victor, penyebutan para korban sebagai preman berdampak pada warga Nusa Tenggara Timur yang menetap di Yogyakarta. Mereka mengaku seolah dijauhi dan dicap sebagai biang onar. Padahal, lanjut Victor, setiap warga negara berhak mendapat perlindungan.
4. Kasus Cebongan pelanggaran HAM
[lihat.co.id] - Tujuan pihak keluarga korban datang ke Kantor Komnas HAM ingin mendesak pihak Komnas HAM agar dengan cepat menangani permasalahan ini. Karena menurut mereka hingga kini belum ada kejelasan tentang bagaimana status korban dalam kaitannya tentang pelanggaran HAM.
"Kami tegaskan lagi, kasus ini adalah pelanggaran HAM, dan tentunya Komnas HAM yang memiliki kepentingan dalam mengusut sampai mana kasus ini berjalan. Kami ingin mendengar langsung penjelasan dari pihak Komnas," tambah Victor Manbait.
"Kami tegaskan lagi, kasus ini adalah pelanggaran HAM, dan tentunya Komnas HAM yang memiliki kepentingan dalam mengusut sampai mana kasus ini berjalan. Kami ingin mendengar langsung penjelasan dari pihak Komnas," tambah Victor Manbait.
5. Polisi tak beri perhatian
[lihat.co.id] - Pihak keluarga korban penembakan di LP Cebongan mengaku tak diperhatikan polisi sama sekali. Bahkan polisi pun tak pernah menyampaikan ucapan duka terkait meninggalnya empat pembunuh Serka Heru Santoso itu.
"Kami tidak menuntut santunan ya, tapi tidak ada info sama sekali ke kami dari pihak kepolisian. Dari mereka ditangkap, ditahan, sampai mereka meninggal dan dimakamkan. Tidak ada sama sekalipun ucapan duka," ujar Victor Manbait pihak keluarga korban Johanes Juan Manbait.
"Kami tidak menuntut santunan ya, tapi tidak ada info sama sekali ke kami dari pihak kepolisian. Dari mereka ditangkap, ditahan, sampai mereka meninggal dan dimakamkan. Tidak ada sama sekalipun ucapan duka," ujar Victor Manbait pihak keluarga korban Johanes Juan Manbait.
0 comments