5 Taman dan Ruang Kreatif yang memanfaatkan dari Kolong Jembatan

[lihat.co.id] - Di Jakarta, kolong jembatan biasanya menjadi ruang mati dan jarang ada yang sedap dipandang mata.

Di luar negeri, kolong jembatan bisa menjadi tempat yang produktif sekaligus memikat mata.
Inspiratif! Berikut:5 Taman dan Ruang Kreatif yang memanfaatkan dari Kolong Jembatan
seperti di kutip dari kaskus dan lihat.co.id:

1. Underpass Park, Toronto, Kanada
[lihat.co.id] - Underpass Park, Toronto, Kanada, memanfaatkan ruang-ruang mati di bawah 2 jembatan layang Adelaide Street, Eastern Avenue dan Richmond Street di West Don Lands yang saling bertetangga di Toronto.

Taman ini merupakan salah satu proyek inisiatif Waterfront Toronto, satuan tugas yang dibentuk Pemkot Toronto untuk merevitalisasi bagian kota yang berhadapan dengan laut. Taman ini diresmikan oleh Wali Kota Toronto Rob Ford pada Agustus 2012 lalu. Diharapkan dengan adanya ruang kreatif ini, warga kota bisa saling berinteraksi.

Di bawah kolong jembatan ini, ada seni instalasi kaca oleh seniman Paul Raff. Raff membuat kaca-kaca yang sudah dipotong segi 8 sehingga kegiatan warga di bawah bisa terlihat di atas kaca itu. Ada juga arena bermain skate, lapangan basket hingga wahana permainan anak-anak.

Padahal sebelumnya, bawah jembatan layang ini hanya ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Pembangunan taman kota ini dibagi dalam dua fase, pertama US$ 6 juta atau Rp 58 miliar dan kedua US$ 3,5 juta atau Rp 34 miliar yang diambil dari APBN Kanada. 
 
2. Seart Park, Selandia Baru: 
[lihat.co.id] - Seart Park adalah taman di bawah jalan layang motor South Eastern Arterial (Seart) di Selandia Baru. Sebelum diubah menjadi ruang kreatif publik, kolong layang ini bernuansa dingin, gelap dan kaku.

Kemudian biro desain dan arsitektur Isthmust, merancang agar kesan kaku dan gelap ini menjadi unik dan tak terlupakan. Desain juga harus bisa diterapkan saat pagi, siang dan malam.

Akhirnya, dibuatlah suatu seni instalasi yang memiliki elemen hutan, lautan serta gaya hidup urban. Sederhana, hanya memancangkan tiang-tiang besi berbentuk silinder vertikal, yang dicat warna-warni pelangi. Hasilnya, kolong layang itu lebih hidup meski digunakan untuk tempat parkir mobil, namun tetap terlihat cantik dan tidak terkesan kumuh.
 
3. Stanica Cultural Center, Slovakia
[lihat.co.id] - Pemanfaatan kolong jembatan layang di Slovakia ini termasuk ide gila, membangunnya menjadi pusat kebudayaan. Bukan pusat kebudayaan biasa, tapi pusat kebudayaan itu dibangun dari krat-krat botol bir.

Bukan pemerintah pula yang membangun, melainkan masyarakat sendiri secara swadaya.
Sekelompok kaum muda di Slovakia sudah mulai memikirkan revitalisasi bawah kolong jembatan ini sejak tahun 2005, kemudian membentuk komunitas dan merencanakannya tahun 2006. Bergabung kemudian 120 relawan muda, termasuk arsitek dan disainer membuat kolong jembatan layang ini menjadi pusat budaya yang mayoritas bahan bangunannya didaur ulang.

Maka terkumpullah 3 ribu krat bir, 800 bal jerami, 10 meter kubik kayu, 60 triplek, 120 bantalan rel kereta api, 1 kontainer bekas, 2 lori, 12 ribu paku, 3 ribu sekrup kayu dan logam.

 Dikerjakan 120 relawan selama 7 ribu jam atau setara 3 bulan. Demikian dilansir dari superuse.org.
Akhirnya pada 7 Mei 2009, Gedung Pusat Budaya Stanica di Zilina, Slovakia itu diresmikan.

4. I-5 Colonnade Mountain Bike Park, Seattle
[lihat.co.id] - Ruangan di bawah jembatan di Seattle ini dibangun oleh sukarelawan.
Ruang seluas 6.689 meter persegi ini dibangun untuk arena bersepeda gunung pada tahun 2005.

Lebih dari 1,6 km lintasan sepeda gunung dari kayu dan semen dibangun atas panduan Aliansi Sepeda Gunung Evergreen. Pemkot Seattle menyumbang juga untuk pembangunan arena ini.
Arena bersepeda ini sekarang bagian dari Taman Reksreasi Seattle.
5. Rumah Penampungan Anak Jalanan, Caracas, Venezuela
[lihat.co.id] - Kondisi Caracas, Venezuela, mungkin paling mirip di Indonesia. Seperti kolong jembatan layang dari jalan utama Francisco Fajardo di Caracas ini, sengaja dibangun tempat penampungan untuk anak-anak jalanan.

Didesain oleh biro arsitektur Urban Think-Thank, ada penampungan anak jalanan, dilengkapi dengan fasilitas olahraga seperti lapangan bola sekaligus lapangan basket. 
Asrama anak jalanan yang diresmikan 2001 ini bisa menampung 30 anak.
Di tempat ini, mereka bebas bermain dan dilatih keterampilannya. 
Ada bengkel untuk melatih mereka agar bisa berwirausaha.
Load disqus comments

0 comments